Gelar Karya

Prodak KSM Th 2011

Best Practise

"DARI JUTEK MENJADI AGUNG"
Ekonomi Bergulir Desa karangsari

Pada mulanya nama KSM itu adalah KSM jutek,nama tersebut mengalami pergantian nama setelah KSM tersebut sudah mencapai pinjaman ke tiga kalinya yaitu namanya menjadi KSM AGUNG. Awalnya jumlah pinjaman nya adalah Rp. 400.000 /orang dengan jumlah anggota sebanyak 5 orang antara lain :Ketua:Juju juariah,Sekertariat Atit aam,Bendara Tati,Anggota Juju julaeha dan Aceng
KSM tersebut bergerak dibidang jasa maklun yaitu menjahit jaket pria dan wanita dengan bahan terbuat dari bahan oskar,kain dan parasit.Awalnya jumlah mesin yang dimiliki sebanyak dua buah dengan sistem pengoprasian menggunakan kaki dan sekarang telah mencapai 16 buah yang semuanya adalah mesin juki dengan menggunakan listrik .KSM tersebut telah berjalan dari tahun 2006 sampai dengan sekarang .Dari tahun ke tahun KSM tersebut telah mencapai kemajuan ,dengan bukti dilihat dari jumlah mesin yang terus bertambah dan produksi jaket pun semakin banyak dengan penghasilan yang semakin meningkat, itu yang yang diraskan oleh anggota KSM tersebut.Jumlah pinjaman ekonomi bergulir sekarang telah mencapai Rp.1.000.000,00 /anggota dengan lama pinjaman 12 bulan, kemudian uang pinjaman dari UPK BKM desa karangsari tersebut digabungkan dari semua anggota untuk dibelanjakan mesin juki . Perkembangan KSM tersebut merupakan binaan BKM dan UPK desa karangsari yang dikordinatori oleh bapak Aa Ridwan dan manager UPK nya adalah ibu popong .Mereka adalah orang-orang yang tidak mengenal lelah baik siang maupun malam dan mereka selalu siap untuk melayani masyarakatnya.Selanjutnya yang mesti patut dicontoh oleh para BKM –UPK lainnya adalah sistem pembayaran yang dilakukan oleh KSM yaitu kebanyakan dengan cara langsung tanpa harus ditagih oleh UPK ,mereka sudah sadar akan kewajibannya tidak hanya menuntut haknya saja. Selanjutnya modal awal ekonomi bergulir UPK -BKM desa karangsari adalah Rp. 84.820,00 dengan jumlah KSM sebanyak 152 KSM dengan mayoritas usaha KSM bergerak dibadang perdagangan dan produksi . 
Menurut BKM-UPK desa karangsari bahwa pinjaman untuk KSM diwilayah desa karangsari dilakukan dengan cara diseleksi dulu apakah pinjaman tersebut telah mendapat persetujuan RW setempat dan atau telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan ? seperti yang tercantum dalam SKIM pinjaman ekonomi bergulir atau persyaratan lainnya seperti masuk daftar PS 2,punya usaha ,siap menyicil tiap bulan dll.Diharapkan untuk ke depan KSM Agung lebih maju lagi dan lebih mempertahankan kualitas prodaknya karena kondisi yang sekarang ini banyak para pesaing mulai dari prodak lokal ataupun prodak luar negeri,walaupun kondisi jaman sekarang banyak pesaing akan tetapi KSM Agung ini mampu mempertahankan prodaknya,ini terbukti bahwa pada saat ini masih eksis,dan masih bisa membayar angsuran Ke UPK .dan sekarang pun KSM Agung ini merencanakan akan membeli mesin lagi,dan di harapkan KSM Agung ini dapat binaan dari dinas tekait agar pemasarannya lebih pesat dan berkembang,tapi walaupun pemasaran nya belum terlalu berkembang pesat tetapi kedepannya diharapkan ada strategi yang bisa mengarah kearah yang lebih baik. 
Selanjutnya diharapkan binaan dari pemerintah melalui dinas terkait ataupun fihak swasta lainnya yang berkopenten dibidangnya bisa bermitra dengan KSM terebut untuk membina baik dari segi peningkatan kwalitas produk maupun dari segi pemasaran .demikian selayang pandang KSM ekonomi tersebut semoga KSM tersebut lebih maju lagi dan lebih baik lagi .Hanya kepada Allah SWT lah kita bergantung dan berserah diri,manusia hanya bisa berusaha dan berencana Tuhanlah yang segalanya. Amiin yaa- robbal alamin. 




"LEMBU SUTRA"
KELURAHAN SUKANEGLA KECAMATAN GARUT KOTA
Sekretariat : Jl. Bratayuda RT.04 RW 19 Kelurahan Kota Kulon

KSM Antorium , dampingan BKM Paguyuban Warga Kelurahan (PWK) Sukanegla, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut dibentuk pada tanggal 27 Maret 2008. Pembentukan KSM ini diprakarsai lima warga yang bertujuan mengembangkan usaha ke arah yang lebih maju. KSM Antorium merupakan kelompok usaha bersama yang difokuskan pada kegiatan produksi rumah tangga atau industri rumah tangga, berupa produksi kerupuk “Cungur”.
Bagi sebagian orang, nama makanan kerupuk “Cungur” sudah tidak asing lagi di telinga para penikmat kuliner khususnya jajanan makanan ringan. Ya, memang jajanan yang bernamakan Kerupuk cungur ini cukup terkenal rasanya yang gurih dan mungkin dengan harganya yang cukup terjangkau dari mulai kalangan menengah kebawah sampai dengan kalangan masayarakat yang dari golongan menengah ke atas. Hal tersebut diatas menjadi daya tarik bagi Bapak Anang serta beberapa rekannya yang tergabung dalam KSM Antorium untuk mulai menekuni usaha di bidang tersebut.
Kerupuk Cungur LEMBU SARI PUTRA (LEMBU SUTRA), itulah nama/ merk dagangan milik usaha bersama KSM Antorium yang diprakarsai oleh Bpk.Anang (Ketua KSM). Dulunya Bapak Anang ini merupakan salah satu pekerja di home industry milik Ibu Yani  yang juga memproduksi makanan ringan yang juga salah satu produksinya yaitu kerupuk cungur. Setelah mendapatkan bantuan dari dana ekonomi bergulir secara bertahap Bapak Anang pun merintis usaha sendiri dengan modal keterampilan yang dimilikinya. Untuk memulai usahanya Bapak Anang mengajak beberapa rekannya untuk membentuk Kelompok usaha bersama yang terdiri dari  5 orang diantaranya yaitu Bpk. Anang (RT 02 / RW 11), Bpk.Nana (RT 04 / RW 11), Bpk. Herul (RT 04 / RW 11), Bpk. Jumena (RT 04 / RW 11) dan Bpk. Isad Gunawan (RT 03 / RW 11). 
Berawal dari menjual dagangannya dari lingkungan RW, sekarang KSM Antorium sudah bisa memasarkannya ke wilayah Pasar induk di Kabupaten Garut yaitu Pasar Ciawitali yang terletak dekat Terminal Induk Kabupaten Garut. Pangsa pasar berubah maka omset atau hasil keuntungan sehari-hari pun meningkat. “Alhamdulillah Pa, ayeuna saparantos kurupuk cungurna di lebetkeun ka pasar mah icalan abdi langkung payu pisan, eta sadaya teh margi bantosan ti PNPM”, ujar Bapak Anang (Alhamdulillah pa, sekarang sesudah kerupuk cungurnya memasuki pasar, jualan saya pun lebih laku, itu semua atas bantuan dari PNPM, red). “Numawi kange nambihan modal abdi ngajengkeun ka PNPM kumargi pami ngajengkeun ka Bank mah rada sesah, kedah aya jaminan” tambahnya lagi.
Dalam memasarkan produknya, KSM Antorium bekerjasama dengan beberapa toko grosir dan kelontongan yang ada di Kabupaten Garut. Mereka juga bekerjasama dengan sejumlah rumah makan dan warung nasi. Tak heran, untuk usaha kerupuk cungur ini, KSM mampu meraih omzet sekitar Rp.600.000 per hari.  Adapun dari omzet tersebut, perhitungan laba/rugi usahanya yaitu  : penerimaan Rp.600.000, dikurangi biaya untuk produksi Rp.400.000 dan untuk biaya lain, menyisakan laba bersih Rp.200.000 per hari. Proses pengemasan dilakukan pada malam hari dilanjutkan dengan proses produksi dan pemasaran dilakukan mulai dari pagi hari sampai dengan sore.
Pada dasarnya orang –orang yang masuk dalam kelompok ini telah bersama sejak tahun 2007, Mereka bersama-sama dalam usaha berjualan jajanan makanan ringan ataupun kue basah. Namun karena keterbatasan modal kelompok ini dalam produksinya relatif kecil dan dalam pemasaran pun hanya sebatas lingkungan sendiri. Atas dasar tersebut ketika BKM PWK Sukanegla akan menggulirkan dana BLM khususnya dana ekonomi bergulir, maka kelompok ini membentuk sebuah kelompok swadaya masyarakat dan mengajukan proposal kepada BKM PWK Sukanegla. Untuk selanjutnya proposal tersebut diproses bersama proposal-proposal dari KSM-KSM yang lainnya.
Pada awalnya KSM Antorium mendapatkan pinjaman dana bergulir total sebesar Rp.2.000.000 (Rp.400.000/orang). Saat ini KSM Antorium tercatat mendapatkan pinjaman dana bergulir total sebesar Rp. 4.000.000 (Rp. 800.000/orang). Dari peningkatan penerimaan pinjaman dana tersebut maka taksiran pendapatan bersih dari usaha dimaksud sebesar Rp.1 juta, sehingga akan terjadi peningkatan pendapatan sebesar Rp.200.000. Dengan pinjaman sebesar itu mudah-mudahan dapat menambah bahan baku untuk produksi sehingga kebutuhan akan pelanggan tetapnya yang semakin bertambah bisa terpenuhi.
Setelah mendapatkan tambahan modal tersebut KSM Antorium dapat meningkatkan produksi dibandingkan sebelumnya. Bahkan dalam hal pemasaran pun kini tidak hanya sebatas lingkungan RW ataupun Kelurahan Sukanegla akan tetapi mencakup wilayah kecamatan bahkan kini pesanan kerupuk kelompok ini pun rencananya akan masuk ke wilayah di luar Kabupaten Garut. Sungguh luar biasa perjuangan Bapak Wawan ini. Namun ada beberapa kendala untuk menunjang peningkatan produksi tersebut diantaranya yaitu peralatan produksi yang masih belum memadai, sehingga diharapkan apabila mendapatkan bantuan lagi maka KSM ini selain digunakan untuk menambah modal juga digunakan untuk menambah peralatan produksi. Terlebih lagi apabila di kemudian hari KSM Antorium ini bisa mendapatkan bantuan berupa peralatan produksi baik yang difasilitasi oleh BKM PWK Sukangela ataupun dari pihak lainnya hasil dari kegiatan kemitraan BKM.
Pada kesempatan lain Bpk. Iswanto selaku petugas UPK BKM PWK Sukanegla bersama-sama dengan tim fasilitator tim 7 Kabupaten garut sempat berkunjung ke tempat usaha KSM Antorium untuk meninjau sejauh mana kesibukan dan perkembangan usaha Bpk. Anang dan rekannya ini , “Menurut saya Bpk, Anang dan rekan-rekannya ini yang pada awalnya hanya sebagai pekerja di tempat produksi milik orang lain kini telah mampu mempunyai usaha/produksi sendiri dan bahkan sudah bisa menjual Kerupuk cungur buatannya sendiri untuk dipasok kepada toko-toko grosir dan kue  serta toko khusus yang menjual oleh-oleh khas Garut” . “Allhamdulillah….ini semua berkat jerih payah bersama-sama dan dukungan serta motivasi dari tim fasilitator, BKM dan pemerintahan desa” itulah ucapan yang kami dengar dari mulut Bpk. Anang setelah merasakan peningkatan usaha beliau.
Kalau kami perhatikan dari bulan ke bulan, semenjak menerima dana bantuan pinjaman dari UPK BKM PWK Sukanegla, untuk KSM Antorium ini grafik perkembangan usahanya terus meningkat serta setorannya selalu tepat waktu” tutur Bpk. Uus Sobari selaku anggota BKM PWK Sukanegla. "Faisal Nur Ihsan
"Peci kreasi Pak Peri"
Ekonomi Bergulir BKM Godog
Bersih, itulah kesan pertama ketika memasuki rumah ukuran sekitar 8 x 10 meter itu. Rumah yang di huni oleh Bapak Peri, pria ramah yang bertempat tinggal di Kampung Wates RT 03 RW 07 Desa Godog Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.
Pak Peri begitu terbuka bercerita tentang profesinya sebagai pengrajin peci rajut.  Profesi yang sudah ditekuninya selama 5 tahun ini.  Sebelumnya beliau ikut berusaha dengan orang lain, tapi ketika mempunyai modal Rp 5.000.000 mulailah dia merintis sendiri usaha peci rajut tersebut.  Uang tersebut diperoleh dengan mengumpulkan uang gaji selama bekerja dengan orang lain.
Untuk menunjang perkembangan usahanya bapak dari 2 orang anak ini, bersama para tetangga yang berprofesi sama beliau membentuk kembali kelompok usaha pada bulan Maret 2011 yang diberi nama “Motekar”.  Kemudian mereka mengajukan pinjaman kepada UPK-BKM Paguyuban Warga Desa Godog.  Pengajuan pinjaman kelompok Motekar direalisasikan oleh UPK pada tanggal 8 April 2011. Kelompok ini ada 7 orang dan mendapatkan pinjaman sebesar Rp 1.000.000 karena merupakan pinjaman kedua.  Kelompok yang terbentuk sekarang ini merupakan kelompok kedua yang difasilitasi oleh UPK atas saran dari tim fasilitator untuk mengelompokkan anggota-anggota dengan jenis usaha sama dan mempunyai penilaian yang baik dalam hal pengembalian pinjaman, sehingga diharapkan kelompok ini mempunyai visi dan misi yang sama, dan menjadi sebuah kelompok yang berkelanjutan.

Proses pembuatan peci dimulai dengan merajut benang (ngagesrek) di mesin rajut yang dioperasikan secara manual dengan tangan, diteruskan dengan pengguntingan serta diikat dengan tali membentuk lingkaran. Setelah dibentuk lingkaran, peci dijahit  lalu dikukus selama 20 sampai dengan 30 menit.  Kemudian peci dijemur lalu di pak dalam plastik.  Setiap plastik diisi 20 peci atau 1 kodi.  Setiap kodinya dijual Rp 30.000,- Peci ada yang dibuat dengan 3 benang yang berbeda warna, ada juga yang satu warna saja tergantung dari pesanan yang masuk ke Pak Peri.  Benang dibeli per kilo dengan harga Rp 32.500.  Dari 1 kg benang dihasilkan peci sekitar 2,5 kodi.  Bila dihitung setiap kodinya memakan biaya produksi sekitar Rp 21.000,- dan transport pemasaran Rp 1.500,-/kodi.  Untung bersih yang Pak Peri dapatkan adalah sekitar Rp 7.500,- per satu kodi.
Ada hal yang tak bisa Pak Peri lupakan selama menjalankan usahanya ini pernah tertipu oleh orang yang dipercaya.  Kejadiannya terjadi di Bandung sehingga beliau rugi Rp 3.000.000,-, sedangkan kejadian yang terakhir adalah adanya order barang yang tak dibayar oleh pemesan.  Sehingga dari dua kejadian itu beliau sangat hati-hati dalam memenuhi permintaan dari konsumen/orang yang mengambil peci rajut darinya.
Pak Peri ingin sekali memasarkan produknya ke wilayah Sumatera karena memang order dari sana sudah ada, tapi masih terkendala dengan sistem yang dijalankan.  Beliau menginginkan apabila ada order uang dari pemesan masuk terlebih dahulu untuk memastikan keseriusan yang memesan.  Karena tidak mau kejadian barang sudah masuk ke pemesan tapi uang penjualan peci tidak masuk ke Pak Peri.  Pemasaran produknya sekarang masih sekitar kota Bandung dan Cianjur saja.
Menjelang bulan Ramadhan order melonjak naik, sehingga kadang kewalahan sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja.  Kondisi ini dimanfaatkan oleh ibu-ibu, mereka menjadi tenaga kerja sebagai penjahit dan mangrod istilah untuk menggunting lalu mengikat dengan tali membentuk lingkaran.  Ini merupakan berkah dari usaha yang dijalankan Pak Peri bersama rekan-rekannya. Meskipun skalanya terbilang kecil tapi kontribusi kepada mqsyarakat sekitarnya begitu besar. 
Pada saat ini Pak Peri mempunyai satu orang pegawai untuk membantunya menjalankan usahanya.  Setelah hari raya Idul Fitri biasanya beliau membuat peci jenis lain, peci ini dibuat dengan memakai bahan tambahan berupa spons.  Jenis peci ini lebih mahal dari harga jualnya tapi tidak bisa dijalankan setiap hari mengingat waktu pembuatannya lebih lama.  Namun kegiatan ini masih dijalankan untuk menunjang keragaman produk yang dihasilkan.

Pinjaman yang diperoleh dari UPK    beliau gunakan   untuk          menambah kapasitas produksinya.  Bersama kelompoknya Pak Peri merasa terbantu dengan pinjaman tersebut,  namun rasanya belum mampu memuaskan hasratnya untuk membeli mesin rajut yang lebih modern agar produknya lebih bagus lagi. Cerita dari Pak Peri tadi mudah-mudahan mampu menginspirasi semua orang,  bahwa bila suatu usaha dijalani dengan tekun pasti akan menghasilkan sesuatu untuk diri kita.  Dan lebih bagus lagi bisa membantu orang lain juga. "Iis Rahmawati